Dolar Amerika Serikat Jatuh, Rupiah Belum Mampu Menguat
Selasa, 24 November 2009 | 09:15 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta -Dolar AS dalam dua pekan melemah tajam terhadap mata uang rival utamanya, setelah pejabat bank sentral AS (The Fed) menyatakan beberapa bank sentral akan melanjutkan stimulus ekonomi mengindikasikan bahwa suku bunga rendah masih akan dipertahankan.
James Bullard, presiden bank sentral The Fed negara bagian St. Louis berkomentar. “Ia akan melakukan voting pada panel sidang the Fed untuk merubah kebijakan suku bunga AS tahun depan,” ujarnya.
“Tetapi, ini masih akan menjadi pertanyaan bagi anggota dewan gubernur The Fed lainnya yang masih sangat berhati – hati untuk menaikkan suku bunga ditengah tingkat pengangguran yang berada diatas 10 persen,” ujar Kathy Lien, direktur riset valuta dari Global Forex trading.
Sikap kehati- hatian The Fed sepertinya belum akan mengimplementasikan kenaikan suku bunga. “Alhasil, para pelaku pasar kembali sort dolar AS,” kata dia yang dilansir MarketWacth.
Sehingga mata uang euro naik signikan menjadi 1,4999 dolar AS dari posisi sebelumnya 1,4860 di pasar New York akhir pekan lalu.
Pagi ini indeks dolar AS kembali menguat terhadap mata uang utama dunia. Hal ini terlihat dari indeks dolar AS yang naik 0,13 poin (0,17 persen) ke level 75,21.
Dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terlihat melemah 25 poin ke level 9.500 dibandingkan penutupan Senin kemarin yang berada di 9.475 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Bayu Aini mengemukakan, terkoreksinya dolar AS membuat mata uang lokal berhasil kembali menguat kemarin. Namun, pelemahan dolar AS ini sifatnya sementara.
“Karena dalam jangka pendek mata uang Negeri Paman Sam ini masih berpotensi untuk menguat,” ujarnya. Bayu memprediksikan rupiah hari ini akan bergerak sempit dalam kisaran antara 9.460 hingga 9.510 per dolar AS.